Home » » Senja Dikala Rindu

Senja Dikala Rindu

ESPEROMAG | April 09, 2020 | 0 comments
Oleh Dzikrina Adibah Salma 
Kelas 8J 
Senja menembus ruangan kelas, dengan sunyi yang dibuatnya. Cahaya matahari yang menusuk sang indra penglihatan sulit untuk ku melihat sang matahari yang akan tenggelam. Tangan yang tak berhenti berkutik di atas halusnya kertas. Aku rindu, pikirku tanpa sadar. Angin yang berhembus dari ventilasi, membuat rambutku bergerak dengan halus nya. Ata yang tak pernah merasakan indah nya senja ini, pikirnya dengan sendu. Ata meraih tas nya dan beranjak pergi ke rooftop. Hembusan angin perlahan membuatku berkata. “Semoga besok hari yang berbeda, seluruh hidup berbeda.” Ucap nya sambil menutup mata, bermimpi bahwa hal yang diinginkanya terwujudkan. Kaki yang menggantung dihamparan atas gedung sekolah, seraya bersenandung ria dengan menutup matanya. Tentu saja ia menikmatinya, senja yang membawa nya tenang lembut hamparan sinar cahaya senja yang menyentuh nya. Tak terasa petang sudah dimulai, Ata pun beranjak dari duduknya, berjalan ke arah parkir sepeda. Mengayuh dengan kecepatan sedang karena istana nya dekat dengan sekolahnya. Keesokan harinya, Ata beranjak dari lelapnya mimpi dengan dinginnya kaki yang menyentuh lantai keramik. Ia mulai bersiap-siap menuju tempat dimana ia bisa meraih kesuksesan, di semester dua ini ia ingin sekali bersungguh-sungguh untuk mencapai cita-citanya. Ata yang sudah siap pun berjalan, menuruni anak tangga dan tak lupa sarapan dengan kedua orang tuanya. “Ayah ibu, Ata berangkat dulu ya! Assalamualaikum.” Ata tak lupa juga bersalaman dengan kedua orang tuanya. “ Waalaikumsalam hati-hati ya nak, belajar yang rajin.” Jawab Ayah nya dengan senyum yang sumringah. Di pagi ini Jakarta begitu padat, Ata mulai bergegas mengayuh sepeda pink kesukaanya dengan semangat. Saat sampai Sekolah nya ia langsung bergegas untuk ke kelas dan memulai mencatat semua materi yang telah dipelajarinya. Hingga Ata sampai tak sadar bahwa bel pun sudah dikumandangkan dengan kerasnya, walaupun bel berdering Ata masih berkutat dengan catatannya. Sepatu berhak empat centimeter melampaui pintu dengan suara nya seperti ketukan pintu dengan dandanan yang berlebihan dengan seorang siswa lelaki muda disampingnya. “Anak-anak perhatikan ibu sebentar,” Jerit Bu Indah “Disini kalian kedatangan murid baru, silahkan nak perkenalkan nama mu.” Lanjut Bu Indah mempersilahkan. “Nama saya Niko prapditama, biasa dipanggil Niko. Salam kenal semuanya.” Ucap Niko dengan suara nya yang berat, seketika semua mata perempuan menatapnya dengan takjub. Bagaimana tidak? Seseorang yang sangat tampan, memiliki kaki yang jenjang dan bahu yang lebar, serta suara nya yang membuat jiwa seorang perempuan terombang-ambing layaknya ombak tsunami. Niko dipersilahkan Bu Indah untuk duduk disamping Ata. Ata yang sedang tertarik dengan pelajaran yang ia pelajari tak sadar jika ada seseorang disampingnya. Niko pun memutar kepalanya ke kanan, menatap takjub wajah Ata hingga tak berkedip sekalipun. Ata yang merasa sedikit terganggu ia pun melanjutkan menulis. Tiba-tiba Niko mendekat dan mengucapkan, “Nama lo siapa?” Niko bertanya dengan senyum khas nya yang membuat Ata gugup. “Namaku Ata, Atala Shakeela senja.” Jawab Ata dengan senyum manisnya, Niko benar terpana akan senyum manis Ata. “Makasih, udah beritahu.” Balas Niko. Niko mendengarkan penjelasan ibu guru dengan tatapan yang fokus dan memutar mutar pulpen yang berada di tangannya. Sembari mendengarkan, Niko menoleh kesamping mendapati seorang gadis sedang memperhatikan dan sesekali menulis sesuatu yang penting. Niko tersadar bahwa ia menatapnya terlalu lama, hatinya berdegup kencang tak seperti biasanya. Ata yang merasa diam saja pun sebenarnya gugup, tetapi ia langsung menyingkarkan pemikiran tersebut dan kembali fokus kembali. Setelah dua jam pembelajaran, ia menoleh kesamping mendapati Niko yang tertidur pulas. Ata menggeleng pelan dengan perlakuan teman sebangkunya, ia pun menulis sebuah kalimat di sebuah sticky note berwarna biru dan meletakkannya di atas meja Niko. Bel istirahat berbunyi dengan kerasnya, sehingga terkadang dibuat kaget dengan suara keras tersebut. Sama dengan Niko, ia pun langsung bangun dari tidurnya dan mengusap matanya perlahan. Saat ia melihat sekeliling, indra penglihatannya pun berhenti sebuah sticky note yang bertuliskan. Kamu sekelompok sama aku,tadi Bu Indah kasih tugas. Dari Ata Sang pembaca pun tersenyum dengan sempurna, hingga seseorang masuk kelas. Niko pun langsung memalingkan ke arah orang tersebut. Ata memasuki kelas dengan membawa satu buah roti dan sekotak kaleng susu, dan langsung menatap kedua mata elang yang sangat sendu. Niko pun berjalan menghampiri Ata. “Pulang sekolah ya, gue tunggu di parkiran.” Ujarnya, Ata pun entah kenapa tersenyum bahagia dan mengangguk pelan. Niko kembali berjalan membuka pintu kelas, seketika semua arah padang semua siswi langsung mengarah kepadanya dengan tatapan kagum. Niko berjalan dengan santainya, seorang siswi perempuan menghampirinya dan memberi kan sebatang coklat. Niko pun tak bisa menolak hal tersebut langsung saja ia menerima dengan suka hati. “Em, kantin arahnya mana ya?” Tanya Niko kepada siswi tersebut. “Di sebelah kelas MIPA-1 yang dipojok.” Jawab siswi tersebut. Niko pun membalasnya dengan mengangguk kan kepalanya dan juga tak lupa tersenyum sebagai tanda terimakasih. Niko pun kembali berjalan dengan membawa sebatang coklat di genggaman kirinya. Sampainya ia di kantin, tak lupa Niko memesan makanan favoritnya yaitu siomay. “Mang, siomay satu ya.” Akhirnya pun Niko menunggu, setelah beberapa menit sudah, siomay yang ia pesan pun langsung datang dengan aroma yang menggugah selera. Niko pun makan dengan lahapnya dan tak lupa juga ia memesan satu es jeruk. Selesai sudah Niko mengisi perutnya, ia pun berencana pergi ke kamar mandi. Saat ia sampai arah kamar mandi, ia mendengar suatu ringisan pelan. Niko pun memberanikan dirinya menuju ke sumber suara. Saat mendekati nya, Niko menengok di balik tembok. Ia kaget dengan Ata yang terduduk diam dengan mata sembab dan pipi yang memerah, langsung saja Niko menghampirinya. “Ata lo nggak papa? Gue bawa lo ke UKS sekarang.” Niko pun mendekat ke arah Ata dan akhirnya langsung saja menggendong ala bride style. Ata merasakan butiran jarum yang menusuk di dadanya saat ia digendong oleh salah satu laki-laki yang bahkan belum mengenali dengan rinci. Sesampainya di UKS, Niko langsung membaringkan Ata dengan hati-hati dan tak lupa memanggil perawat yang ada disana. “Nanti pulang bareng gue. Tentang kerja kelompok gue bisa nyelesaiin sendiri, gue duluan ke kelas.” Ujar nya seraya mengelus kepala Ata dengan perlahan. Ata merasakan suatu hal yang berbeda, dipikirannya ia ingat dengan perkataannya yang pada saat itu berada di rooftop sekolah. Sebuah perkataan yang dianggap nya tidak akan terkabul, akhirnya menjadi realita yang tak terbayangkan oleh Ata. Sesampainya bel terakhir alias bel pulamg sekolah, langsung saja Niko keluar dan langsung menuju ke parkiran. Saat ia keluar dari gerbang sekolah, Niko pun melihat ke samping kanan dan kiri, memastikan bahwa ada seseorang yang ia harapkan saat ini. Saat Niko turun dari motornya kemudian berbalik, langsung saja ia bertatapan dengan kedua mata yang berwarna coklat pekat dengan bibir yang pucat. Langsung saja Niko berlari dan tangannya langsung sigap menggandeng Ata, membawanya ke arah motor yang ia taruh di luar gerbang sekolah. Saat di luar gerbang sekolah, Ata mengeluarkan suaranya, “Em Niko aku bawa sepeda,” Ata pun berhenti sejenak lalu, mengucapkan. “Sepeda ku gimana?” Tanya Ata dengan kepala menunduk. “Udah titipin sama pak security, tenang aja. Hari ini gue mau ngajak lo ke suatu tempat. Cepetan naik.” Ucap Niko lalu menaiki motornya dengan perlahan disusul dengan Ata juga. Niko pun mulai menempuh padatnya jakarta, dengan suara klakson yang tak berhenti. Matahari yang sangat terik, membuat sang pengendara menambahkan laju kecepatannya. Tanpa sadar Ata langsung sigap memeluknya dari belakang. Niko yang merasakan pelukan dari belakang pun kaget dan tersenyum di balik kaca helm nya. Inilah yang dirsakan keduanya tak pernah merasakan cinta sama sekali, hingga pertemuan pertamanya membuat semua kehidupannya terasa berubah. Niko bersyukur, Ata pun juga. Niko pun berhenti didepan sebuah gedung yang tinggi, turnlah keduanya. Ata pun merasa tak aneh dengan gedung tersebut. “Yuk masuk.” Ucap Niko berjalan terlebih dahulu, Ata pun mengikutinya dengan takut dan gugup yang dirasakannya. Niko pun akhirnya sampai di sebuah pintu yang sebelumnya mereka berdua menaiki anak tangga yang lumayan banyak jumlahnya. Di bukanya pinu tersebut dan menampakan sebuah rooftop dengan pemandangan senja yang tak kalah indahnya. “Senja?” Teriak Ata dengan ekspresi yang senang dan histeris melihat pemandangan tersebut. Niko pun duduk di tebing rooftop tanpa takuta sedikit pun, sedangkan Ata pun sama menyusul Niko yang berada di tebing rooftop. “Suka ya?” Tanya Niko, “Iya suka banget!” Jawab Ata dengan teriakan yang amat begitu senang. “Sebelum gue pindah gue udah tahu tempat ini, disini gue bisa ngeluarin emosi gue.” Ujar Niko secara tiba-tiba. Ata pun memalingkan wajahnya menghadap ke arah wajah Niko yang masih memandang senja dengan angin yang berlalu lalang. “Aku bersyukur ketemu kamu.” Ucap Ata, yang membuat Niko menatap kembali wajah cantik Ata. “Kamu tau, kenapa aku bisa bersyukur ketemu kamu?” Tanya Ata kembali, “Sebelum kamu kesini, aku sempat bicara ada yang mengubahku di esok hari saat menikmati senja. Ternyata itu sungguhan.” Ujar Ata. Niko pun tak menjawab penuturan Ata, dengan perlahan dan kegugupan yang sangat melebihi dari apapun. Niko membernikan diri menggenggam tangan Ata dengan menglus nya perlahan. “Kamu tau? Aku suka sama kamu dalam waktu 10 jam.” Ucap Niko dengan nafas yang membuatnya malu dengan sendirinya. “Aku tau secepat itu dan aku merasakan nya pertama ini.” Ata yang mendengar penuturan tersebut kaget, memahami semua yang Niko ungkapkan kepadanya. Ata pun langsung merasakan degupan jantung yang sangat kencang, perasaan itu juga muncul kepadanya. Saat melihat Niko tertidur di kelas, menatap bola matanya yang tajam seperti elang, bahkan Niko menyelamatkan nya saat ia dibully oleh teman sebayannya. Perasaan itu muncul juga dengan cepatnya, awalnya Ata ragu dengan semua perasaanya yang timbul seketika tetapi hatinya mengatakan bahwa perasaan tersebut akan baik-baik saja. Niko yang masih menggenggam tangan Ata pun, mengucapkan. “Kamu mau nggak jadi pacarku?” Seketika Ata seperti ditusuk ribuan tombak di dalam hatinya, Bahkan ia tak tahu harus menjawab seperti apa. Ini pertama kalinya Ata merasakan suasana yang sangat berbeda dari biasanya. Ata tersenyum dengan tatapan nya yang sendu mentap Niko dengan penuh harapan. “Iya aku mau.” Niko tersenyum meperlihatkan deretan gginya dengan mata yang menyipit, semakin menambah kharisma yang ada dalam dirinya. Ata pun juga tertawa bersama Niko dengan menikmati senja, pasrah dengan semua alur cerita yang nanti dihadapkan oleh keduanya. Senja menjadi saksi bagi keduanya bahwa semua ini benar-benar nyata. Niko pun akhirnya membawa pulang Ata dengan selamat. Saat Ata sudah memasuki rumah, ia pun berucap. “Yessss, Ata nerima gue.” Niko mengangkat kedua tangannya ke atas dengan senang nya. Paginya dengan terik matahari yang sangat cerah, Ata tampak bersemangat akan hal ini. Saat ia sampai di kelasnya, Ata melihat ada secarik kertas surat di atas meja nya tertulis nama Raka, dibukanya surat tersebut. Tak bisa terbyangkan seorang Raka yang pintar akademik menyukainya? Ata membuang jauh-jauh pikiran aneh nya. Aku tau aku penakut tapi aku harus mengungkapkam perasaan ini, aku suka sama kamu Ata. Hanyalah pesan itu tersebut, Ata langsung membuangnya ke sembarang arah dan ia sama sekali tak memperdulikannya. Tiba-tiba Niko datang dengan senyuman yang sangat memukau, menuju ke arah Ata lalu mengusap kepala nya dengan pelan. “Udah sarapan?” Tanya Niko, “Udah kok.” Jawabnya. Pelajaran demi pelajaran terlewati dengan begitu cepat. Tak terasa bel pulang pun sudah berdering, Seluruh siswa di kelas nya memasukkan kembali bukunya kedalam tas. Setelah selesai berdoa dengan keyakinan masing-masing langsung saja Niko berkata. “Mau aku anter pulang?” Tawar Niko kepada Ata. “Nggak usah, aku jalan aja.” Balas Ata. “Yakin?” “Iya yakin kok.” Saat Ata dan siswa lainnya berjalan keluar terlebih dahulu, Niko melihat ke arah lantai terdapat surat, diambilnya surat tersebut. Langsung saja Niko memeras surat tersebut dan membuang nya dengan kasar dan wajah yang memerah. Ia sebal dengan sifat Ata yang tak terbuka kepadanya, tapi Niko tidak bisa memarahinya dengan caranya sendiri. Akhirnya Niko berjalan dengan tegas ke arah parkiran dan langsung menancap gas nya dengan kecepatan sedang, beberapa menit akhirnya ia pun sampai depan rumahnya. Aneh nya terdapat satu mobil polisi yang mematung depan halaman. Niko berpikir dengan keras maksud apa semua ini, terdapat juga reporter dan semua wartawan tengah memotret sesuatu. Niko pun terhalangi oleh para wartwan yang sangat banyaknya, walaupun terdesak-desak dengan orang lain, akhirnya Niko berhasil melewati padatnya wartawan. Sakit seluruh hati Niko, semua keluh kesah yang disampaikannya runtuh begitu saja dengan hilang nya kepercayaan terhadapnya. Semua yang ia rasakan sekarang membuat nya kecewa dengan perilaku yang selama ini ia sayang. Merawat Niko dengan kasih sayang, selalu memperhatikannya walaupun dia dalam masa sulit untuk dihubungi. Tak pernah sekalipun ia tidak merasakan khawatirnya dengan Niko. “Ayah?” Ucap Niko dengan keras dan penuh dengan tekanan. Air mata Niko tak bisa dihentikan, butiran jernih jatuh dengan sendirinya. Niko melihat pahlawan yang selalu bermain bersamanya saat kecil dahulu. Niko berjalan menghampiri ayahnya yang sekarang diborgol dan dituntun oleh dua orang polisi. “Ayah, Niko kecewa.” “Maaf nak.” Itu lah yang pertama kali keluar dari mulut Niko, matanya yang sembab dengan senyuman kecewa pastinya. Ayah Niko pun melihat satu-satunya anak kesayangan nya, merasakan bahwa ia sudah mengecewakan anaknya. Membuat suatu kesalahan dengan seribu satu kekecawaan yang dirasakan Niko. Ia melihat ayahnya dituntun oleh dua orang polisis membuat semua para wartawan mengalihkan seluruh kameranya terhadap mobil polisi tersebut. Niko memasuki rumah dengan ragu, dibukanya knop pintu yang tertutup. Bahkan Niko tak tertahan membuka pintu rumahnya dengan suasana yang sangat tidak ingin dilihatnya. Seorang perempuan yang sudah menemani suaminya dengan kasih sayang, tangisnya tak henti-henti dengan isakan yang membunuh Niko. “Mah, ayah kenapa mah? Ayah kenapa dibawa polisi mah?!” Ucap Niko dengan nada yang sangat tingi. “Ayah kamu terjerat korupsi nak, buat nutupin hutang! Hiks... Mamah bener nggak tau selama ini. Mamah kira ayah kamu seorang pejabat yang adil dan tanggung jawab, mamah takut nak.” Seru Mamah Niko. Niko yang tak tahan dengan keadaan tersebut ia langsung membawa seorang pahlawan yang tak kenal juga untuk merawatnya sekarang. Bersama dengan kehanyutan sedemikian rupa. Keluarga yang penuh dengan kebahagiaan sekarang remuk sudah dengan hilangnya salah satu anggota yang mereka sayangi saat ini. Mamah Niko yang resah, akhirnya mengucapkan. “Nak ayo kembali ke rumah kakek.” Hening dengan perkataan Keesokan harinya semuanya berubah, Niko datang ke sekolah dengan rasa yang sangat sedih. Seluruh tatapan semua orang mengarah kepadanya sekarang, walupun hal itu terjadi Niko sama sekali tak menghiraukannnya. Masalh yang sekarang ia pikirkan adalah mengungkapkan kepada seorang yang baru saja menjadi kekasihnya kemarin. Niko berjalan ke arah kelasnya dengan yakin, dibukan pintu kelas dengan perlahan. Tatapannya langsung mengarah kepada Ata dengan tatapan lesu. Berjalan menghampiri kekasihnya, mengeggam tangannya dan membawanya ke sebuah tempat dimana Niko bisa mengeluarkan semua keluh kesahnya. Akhirnya Niko membawa Ata ke ruangan musik yang sangat sepi dan penuh sekali debu. “Aku mau ngomong sama kamu.” Ujar Niko yang membuat Ata takut dengan penuturan Niko selanjutnya. “Aku mau kita putus.” Ata berhenti sejenak, berpikir kembali. Sadar akan perkataan kekasihnya yang diucapkan langsung saja embun bening nya mengalir dengan perlahan, Niko yang tak tahan melihat Ata menangis diusapnya tangisannya dengan perlahan. “Aku pergi, aku sayang kamu.” Ujar Niko Niko meninggalkan Ata sendirian. Berjalan ke ruang kepala sekolah mengambil surat pengunduran diri dari siswa SMA Garuda hilang kembali sudah kedua orang yang ia sayang. Ata tentu kesal kepada Niko memutuskan nya tanpa alasan yang jelas dan tidak logis sama sekali, membuat nya terpaku dan menangis di ruang yang sunyi dengan pagi yang cerah. Tujuh tahun kemudian Semua yang dilalui Ata terasa berat, termasuk ia kehilangan cinta pertama nya.Tetapi semua itu tak menghalangi nya untuk berhenti menunjang pendidikannya. Saat lulus tiba dari SMA Garuda, Ata langsung mencoba ujian tes beasiswa di Columbia University, New York City. Tentu Ata hampir pingsan saat ia menerima e-mail bahwa ia telah diterima di Universitas kesukaannya. Ata kaget saat sudah ia pertama masuk kelas, ia bertemu dengan seseorang yang yang pernah mengungkapkan rasa kepadanya, yaitu Raka. Tahun Demi tahun Ata sering mendapatkan kelompok dengan Raka membuat nya lebih dekat hingga setelah lulus kuliah. Kejadian tak terduga yaitu Ata menikah dengan Raka yang bahkan bukan cinta pertamanya. Tapi Ata sudah mengikhlaskan semuanya. Sudah tiga bulan sekarang ia bersama Raka, yang awalnya hanya kuliah bersama tak disangka mereka jodoh atas rencana tuhan. Pada saat keduanya berada di taman battery park, New York. Raka mengelus genggaman Ata dengan rasa nyaman. “Ata maaf aku ungkapin sekarang, tapi Niko titip suat ini sama kamu.” Ucap Raka seraya memberikan surat tersebut kepada Ata. “Aku baca nanti aja ya hehe, jalan jalan aja dulu yuk.” Jawab Ata yang sebenarnya memiliki perasaan yang sangat gundah dengan isi surat tersebut, akhirnya ia simpan di dalam saku cardigan kesukaanya. Saat keduanya selesai berjalan bersama, Raka pun memasuki rumah nya terlebih dahulu sama dengan Ata. Saat Ata menikmati senja di depan balkon rumahnya, ia teringat dengan surat yang diberikan suaminya. Dibukanya dengan hati-hati. Maaf aku terlambat tapi aku tak bisa mengungkapkan nya waktu itu. Saat itulah dimana aku sedang berada di titik rendah ku karena ayahku korupsi, mamah memintaku untuk pindah ke rumah kakek di Belanda. Ata tentunya kaget dengan pernyataan tersebut, hingga memmbuatnya air matanya jatuh kembali. Dengan rasa yang berat ketika membaca surat tersebut Ata mencoba membaca kembali Kamu tau?Raka adalah orang yang aku titipin waktu itu untuk nemani kamu, makanya dia satu fakultas sama kamu hehe. Maaf, tapi aku juga bahagia karena kenangan terindah ku akhirnya bisa bahagia, walaupun itu bukan aku. Tapi aku terimakasih sama kamu, aku slalu sayang sama kamu, selalu. Niko, dikirimkan untuk sang penikmat senja yang kusayang. Tangis Ata pecah dalam sekejap, diremasnya surat tersebut. Air matanya mengalir dengan cepatnya, hatinya runtuh seketika. Ia tidak menyesal hanya saja mengapa Niko sekuat dengan hal tersebut, cerita kepadanya saja tidak. Disaat senja inilah yang ia sangat benci dan ia rindukan. Di usapnya tangisan tersebut dan menatap kembali ndah nya senja. “Terimakasih senja, rindu ku sudah terobati.” Gumam Ata, perasaannya tentu saja tak akan ia lupakan kepada Niko. Ata pun beranjak dari tempat duduknya, menutup pintu balkon dengan kesedihan yang sangat menyayat hatinya. Senja yang menemaninya sekarang, Ata mesti akan mengingatnya bahwa rindunya telah melebihi indahnya senja. The End
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. DIGITAL MAGAZINE OF ESPERO DEMAK - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger